Maros – Setelah kisahnya viral, nenek Hadi (70) yang tinggal sebatang kara di sebuah gubuk yang tidak layak huni di Kecamatan Bantimurung. Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), akhirnya mendapatkan perhatian.
Pihak Kecamatan Batimurung bersama TNI-Polri serta warga akhirnya membongkar gubuk reyot nenek Hadi yang hanya berukuran 3×5 meter itu. Renovasi juga dilakukan secara gotong royong.
“Alhamdulillah, sejak kemarin kita mulai memesan bahannya. Hari ini baru kita angkat ke lokasi dan sudah dilakukan pembongkaran. Hari ini juga lakukan pemasangan papan, targetnya besok sudah bisa rampung,” kata Sekretaris Lurah Leang-leang, Suherman, Sabtu (6/6/2020).
Karena tidak adanya akses jalan untuk kendaraan menuju lokasi, semua bahan yang diperoleh pun terpaksa harus digotong dengan berjalan kaki sejauh 2 kilometer. Namun karena banyak yang terlibat, bahan itu cepat terangkut ke lokasi.
“Tidak bisa masuk mobil atau motor, makanya kita angkat satu-satu ke dalam. Yah karena kita banyak, makanya jadi ringan dan juga cepat. Alhamdulillah semua bahannya sudah ada semua di lokasi. Kami juga berterima kasih karena semua ikut tergerak,” lanjutnya.
Sejak beberapa hari terakhir, gubuk yang didiami oleh nenek Hadi sebatang kara ini, memang ramai dikunjungi, baik oleh unsur pemerintah maupun komunitas yang prihatin dengan kondisi nenek Hadi ini. Mereka pun berinisiatif untuk merenovasi gubuk itu karena memang sudah tidak layak ditinggali.
Sementara, pihak Dinas Sosial yang juga sudah turun, langsung melakukan pendataan agar program bantuan bisa didapatkan oleh nenek Hadi yang selama ini memang belum tersentuh, termasuk bantuan Kesehatan yang memang sangat dibutuhkan olehnya.
“Masalahnya kemarin itu data kependudukannya yang tidak ada. Nah kita sudah bantu dan didata untuk mendapatkan program bantuan. Untuk renovasi gubuknya ini memang harus cepat, makanya kita tidak menunggu anggaran pemerintah karena kan lama, jadi kita buat gotong royong,” kata Kadis Sosial Maros, Prayitno.
Menurutnya, selama ini memang banyak warga yang kondisinya sama dengan nenek Hadi dan tidak mendapatkan bantuan dari Pemerintah karena persoalan data kependudukan. Sementara, setiap program bantuan dari pemerintah itu berdasarkan data kependudukan yang jelas.
“Jadi kendalanya di situ. Kita tidak bisa apa-apa kalau data kependudukannya tidak tercatat. Tapi karena sudah kita bantu untuk mendapatkan itu, kita akan segera memasukkan dalam penerima program bantuan pemerintah seperti Kartu Indonesia Sehat,” sebutnya.
Nenek Hadi yang sudah tidak mampu berjalan jauh itu, memilih untuk tinggal di gubuk reyotnya sebatang kara hanya karena tidak ingin menyusahkan keluarganya. Meski di usianya yang renta, ia berusaha tetap mandiri dengan bercocok tanam. Ia pun bersyukur karena gubuknya itu telah diperbaiki.
“Saya berterima kasih ke bapak-bapak ini. Saya tidak sangka kalau banyak orang yang mau bantu saya perbaiki rumah saya ini. Memang sudah rusak sekali. Tapi karena tidak ada uang, saya tidak bisa apa-apa,” kata nenek Hadi dalam bahasa Bugis.