Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus, membeberkan fakta baru terkait pembunuhan sadis terhadap Rinaldi Harley Wismanu. Fakta baru tersebut adalah dua pelaku pembunuhan, Laeli Atika Supriyanti (LAS) dan Djumadil Al Fajri (DAF) belajar memutilasi atau memotong bagian tubuh korban Rinaldi lewat tayangan video di Youtube.
Hal itu diketahui setelah jajaran Polda Metro Jaya melakukan rekonstruksi terkait mutilasi terhadap Rinaldi pada Jumat, 18 Agustus 2020. Ada 37 adegan dan 13 tempat kejadian [erkara (TKP) yang jadi fokus rekonstruksi mutilasi tersebut.
“Ada temuan-temuan baru, kemarin sudah saya sampaikan, contoh, dengan ada yang ditemukan, rupanya yang bersangkutan (pelaku) belajar mutilasi pakai YouTube. Dia lihat dari Youtube,” ujar Yusri di Mapolda Metro Jaya, Minggu (20/9/2020).
Lebih lanjut, Yusri membeberkan, pelaku Laeli Atika Supriyanti merupakan orang yang berpendidikan tinggi dan pernah kerja di perusahaan mapan. Hanya saja, Laeli kemudian terdesak masalah ekonomi setelah tidak bekerja karena pandemi Covid-19.
“Karena masalah pandemi ini dia menganggur kenalan DAF. Kita dapat lagi, DAF ternyata punya keluarga. Itu yang kita dapat temuan-temuan,” ujarnya.
Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri angkat bicara terkait kasus mutilasi Rinaldi Harley Wismanu (32) yang dilakukan sepasang kekasih yakni Laeli Atika Supriyanti (LAS) dan Djumadil Al Fajri (DFA).
Reza mengatakan, aksi mutilasi yang dilakukan keduanya sangat sadis. Kasus ini menurutnya termasuk dalam tipe pembunuhan instrumental-gratifikasi (ekonomi).
“Niat awal para pelaku adalah merampas harta. Tapi karena korban melawan, terjadi benturan fatal. Perilaku pelaku kebablasan, sehingga perampokan/pemerasan berencana justru menjadi pembunuhan,”
Menurut Dia, aksi mutilasi keduanya bukan didorong oleh emosi, melainkan dilatari motif instrumental atau tidak ada sangkut pautnya dengan suasana hati. Apalagi, untuk menghalangi kerja kepolisian tubuh korban dicacah-cacah dengan maksud agar barang bukti lebih mudah dihilangkan, pelarian diri dari TKP lebih cepat, dan korban tidak dapat diidentifikasi.
“Modus yang rapi, yaitu menjebak korban secara seksual, boleh jadi mengindikasikan bahwa secara berkelompok para pelaku pernah melakukan modus serupa sebelumnya,” kata Reza.
Lebih jauh kata Reza, penggunaan modus yang dilakukan kepada korban merupakan bukti kefasihan sekaligus puncak karir kriminal para pelaku. Kriminal generalis, bukan spesialis pembunuhan.
“Dengan asumsi adanya riwayat kejahatan dan kefasihan sebagai hasil belajar, ditambah dengan hasil studi bahwa faktor finansial merupakan prediktor yang kuat bagi residivisme pelaku pembunuhan, maka semoga Polda Metro Jaya dan Kejaksaan memaksimalkan ancaman pidana bagi dua sejoli maut itu,” tandasnya.
Sebelumnya, Rinaldi Harley Wismanu (32) jadi korban pembunuhan. Jenazahnya ditemukan pada Rabu 16 September 2020 di Apartemen Kalibata City dalam kondisi tak lagi utuh atau telah dimutilasi.
Rinaldi awalnya dilaporkan keluarga hilang sejak 9 September 2020. Belakangan polisi berhasil menemukan Rinaldi dalam keadaan tewas. Ia dibunuh oleh sepasang kekasih karena motif ekonomi.