Di seluruh dunia, setiap negara ramai berdebat tentang nasib kegiatan belajar mengajar di sekolah selama pandemi Covid-19 ini. Di sebagian tempat, sekolah-sekolah ditutup. Di sebagian lainnya di buka.

Hong Kong memberi gambaran bagaimana membuat keputusan tentang kegiatan di sekolah bisa begitu sulit. Di wilayah ini, para pelajar telah diminta belajar dari rumah pada akhir Januari lalu saat gelombang pertama pandemi terjadi–dibawa oleh mereka yang datang dari Cina daratan.

Otoritas setempat bertahan menutup sekolah-sekolah itu hingga gelombang kedua virus datang dan berlalu. Gelombang dua ini disebut dipicu terutama oleh mereka yang datang atau bepergian ke Eropa dan Amerika Utara.

Ketika Hong Kong kelihatannya sudah berhasil mengendalikan Covid-19, sekolah-sekolah pun dibuka kembali, terutama sekolah internasional. Ini terjadi pada akhir Mei lalu. Semua berjalan baik karena sejak 13 Juni sampai 5 Juli lalu, tidak didapati kasus baru.

Tapi, kini, gelombang ketiga virus itu datang. Otoritas Hong Kong melaporkan 38 kasus infeksi baru sepanjang Jumat lalu. Menurun dari 42 yang dilaporkan pada Kamis, tapi secara keseluruhan tiga hari, sejak Rabu, jumlah kasus baru harian itu menandakan lonjakan.

Terlebih, sebagian besar diketahui penularan lokal–bukan kasus impor seperti dua gelombang sebelumnya. Total, jumlah kasus Covid-19 di Hong Kong sejak Januari lalu menjadi 1.404 dan tujuh di antaranya meninggal.

Situasi terbaru itu memaksa Biro Pendidikan mengumumkan tahun ajaran menjelang liburan musim panas dihentikan prematur. Pelajar diliburkan–dan sekolah-sekolah ditutup lagi–per Senin 14 Juli 2020, atau lebih cepat sepekan dari jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.

Keputusan itu diambil sekalipun Menteri Pendidikan Hong Kong Kevin Yeung menyatakan tidak ada kasus terkonfirmasi Covid-19 dari lingkungan sekolah. “Ini mencerminkan kerja yang sangat baik di sekolah-sekolah,” katanya.

Meski begitu, karena lonjakan jumlah kasus yang kembali terjadi pada pekan lalu, pemerintahan di Hongkong menyatakan tidak akan aman jika aktivitas sekolah dibiarkan. “Seperti yang kita semua tahu, Covid-19 sepertinya akan terus bersama kita untuk beberapa waktu ke depan. Kita harus menyeimbangkan antara kehidupan normal sehari-hari dengan penyebaran penyakit itu,” kata Yeung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *