Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali berbicara mengenai ekonomi dunia yang masuk dalam jurang resesi. Semua itu timbul akibat pandemi wabah COVID-19.

Resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Jokowi awalnya berbicara mengenai pandemi COVID-19 yang belum jelas kapan berakhir. Ketidakjelasan ini menimbulkan ancaman krisis baru di bidang ekonomi.

“Saya titip yang kita hadapi ini bukan urusan krisis kesehatan saja, tapi juga masalah ekonomi. Krisis ekonomi,” tuturnya saat memberikan pengarahan dalam kunjungan kerja di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (30/6/2020).

Jokowi melanjutkan, wabah COVID-19 telah menghantam semua sisi ekonomi, mulai dari permintaan, suplai hingga produksi terdampak oleh wabah ini. Hal itulah yang membuat perekonomian dunia tahun ini diperkirakan terkapar. Jokowi pun menjabarkan data proyeksi ekonomi yang dia punya.

“Semua negara alami dan kontraksi ekonomi terakhir yang saya terima, misalnya dunia diperkirakan di tahun 2020 akan terkontraksi -6% sampai -7,6%. Artinya apa, global, dunia sudah masuk ke yang namanya resesi. Dan bahkan saya sampaikan, tahun ini Singapura diprediksi -6,8%, Malaysia -8%, AS -9,7%, Inggris -15,4%, Jerman -11,2%, Prancis -17,2%, Jepang -8,3%,” terangnya.

Indonesia sendiri pada kuartal I-2020 ekonominya masih tumbuh positif yakni 2,97%. Meski jauh dari pertumbuhan ekonomi rata-rata di 5%, namun catatan itu masih terbilang positif.

Sekarang yang menjadi kekhawatiran adalah pertumbuhan ekonomi di kuartal II2-2020 yang diyakini akan terkontraksi. Oleh karena itu dia berharap kepala daerah memahami hal itu mengelolanya dengan manajemen krisis ekonomi dan kesehatan yang berjalan beriringan.

“Saya harapkan bapak ibu dan saudara sekalian gas dan remnya betul-betul diatur. Jangan sampai melonggarkan tanpa kendali rem, ekonomi bagus tapi COVID-19 naik. Bukan itu yang kita inginkan. COVID-19 terkendali tapi ekonomi juga tidak mengganggu kesejahteraan masyarakat,” terangnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *